Halaman

Rabu, 07 April 2010

Ayat-ayat Tuhan

Larangan Memperolok-olokkan dan Banyak Berprasangka Buruk


Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum memperolok-olok kaum yang lain,(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (memperolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita-wanita (yang memperolok-olok). Dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan sebutan (panggilan) yang buruk. Seburuk-buruknya nama (panggilan) adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barang siapa yang tidak bertaubat mereka itulah orang-orang yang zhalim.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat, 49: 11-12)


Nasihat Rasulullah

Tentang Sabar


Dari Abu Sa’ad, Sa’adbin Malik bin Sinan Al-Khudri ra. Berkata: Ada beberapa manusia dari golongan Anshor minta kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah memberi kepada mereka. Lalu mereka minta lagi dan diberinya lagi, sehingga apa yang dimiliki Rasulullah habis sama sekali. Lalu beliau bersabda kepadamereka, ketika memberikan segala sesuatunya: “aku tidak mempunyaisesuatu yang baik yang hendak aku sembunyikan di hadapa kamu, tetapi barang siapayang menjaga dirinya, akan dijaga oleh Allah. Barangsiapa yang merasa cukup, akan dijaga oleh Allah. Dan barangsiapa yang terbiasa bersikap sabar, akan akan disabarkannya oleh Allah; dan tidak ada satupun orang yang diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas selain sabar.


Dari Ibnu Mas’udra. Ia berkata: Aku masuk rumah Rasulullah saw. Pada waktu itu beliau sedang sakit panas. Lalu aku berkata: Ya Rasulullah! Sungguh badanmu sangat panas. Rasulullah menjawab, “Betul, aku sedang sakit panas, seperti panasnya dua orang diantara kamu.” Aku berkata: Kalau begitu tuan memperoleh dua pahala. Ia menjawab, “Betul, demikian juga seorang muslim jika terkena musibah karena duri dan sebagainya, Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan dengan (lantaran) musibah itu dan mengampuni dosa-dosanya, bagaikan daun yang gugur dari dahannya.”
(Keduanya diriwayatkan oleh Muslim)



Nasihat Rasulullah

Tentang Kejujuran

Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw., bahwa beliau telah bersabda: Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada kebajikan dan kebajikan menunjukkan jalan ke surga. Sesungguhnya seseorang yang jujur akan melakukan kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta menunjukkan jalan ke Neraka. Sesungguhnya seseorang yang berdusta akan selalu melakukan kedustaan sehingga dicatat di sisi allah sebagai pendusta.”(HR. Bukhari dan Muslim).


Rasulullah saw telah bersabda : “terus meneruslah dalam melakukan kejujuran, sekalipun kamu melihat kebinasaan di dalamya. Sebab sesungguhnya dalam kejujuran terdapat keselamatan (HR. Ibnu Abid Dunya).


Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Tahlib ra, dia telah berkata: “Aku hafal sebuah hadits dari rasulullah saw yang menegaskan: “Tinggalkanlah apa yang meragukan dirimu, beralihlah kepada sesuatu yang tidak meragukan dirimu. Sesungguhnya kejujuran adalah tenang, dan dusta adalah keraguan. (HR. Tirmidzi)

Dari Abu Sofyan Shakhr bin Harb ra dalam sebuah hadits yang panjang tentang Heraklius. Heraklius berkata; ”Apakah yang diperintahkan kepadamu?” yakni apakah yang diperintahkan Nabi saw ? Abu Sofyan berkata : “Aku menjawab Nabi bersabda: Sembahlah Allah Yang Maha Esa janganlah kalian menyekutukannya dengan sesuatu yang lain, dan tinggalkanlah apa yang diucapkan nenek moyangmu. Dia menyuruh kami melakukan shalat, berbuat jujur menjaga harga diri dan menyambung tali persaudaraan. (HR. Bukhari dan Muslim)


Tujuh sifat yang menjadikan

orang-orang mukmin beruntung

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) ;

1. Orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya

2. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan berkataan) yang tiada berguna

3. Dan orang-orang yang menunaikan zakat

4. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

5. Kecuali terhadap suami-suami/isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

6. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji-janjinya

7. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya

Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (yakni) yang akan mewarisi syurga firadaus. Mereka kekal didalamnya. (Q.S. : Al-Mukminûn, 23 : 1 – 11)




Adab Memasuki Rumah Orang Lain

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.

Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah”, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk dialami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (QS : An-Nûr, 24 : 27 – 29)



Adab Kepada Kedua Orang Tua

Dan Tuhanmu telah telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lajut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau mengatakan keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

(QS : Al-Isrâ’, 17 : 23 – 24)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar