Halaman

Rabu, 07 April 2010

Belajar Bahasa Inggris yuk

Komunitas Belajar Bahasa Inggris Online Gratis: Berisikan review 16 tensis dan grammar lainnya, practice test, dan tips belajar bahasa Inggris yang ...

Pengenkan...coba dah kelik link diatas

Lihat karaktermu

Benarkah Huruf Depan Nama Mencerminkan Karakter Masing-masing..???

Huruf Depan Nama Anda Mencerminkan Karakter Seks Anda!


Dikatakan menurut sebuah studi, identitas seksual Anda bisa terbaca lewat huruf pertama nama Anda. Jangan percaya kalau uraiannya terasa memojokkan diri Anda, kalo mau percaya ya silahkan??

A:
Anda tak romantis tetapi lebih tertarik pada tindakan. BersamaAnda, apa yang dilihat adalah yang didapat. Anda tidak punya kesabaran untuk bermain mata dan tak mau repot meladeni seseorang yang malu-malu kucing, manis, pura-pura sopan dan amat memikat hati. Anda adalah seseorang digaris depan. Ketika tiba saatnya berhubungan seks, tindakan adalah yang penting bukan isyarat-isyarat tak jelas. Daya tarik fisik pasangan penting untuk Anda. Anda menemukan bahwa perburuan dan tantangan sangat menggairahkan. Dari penampilan luar Anda tidak tampak sebagai orang yang penuh gairah dan seksi. Anda tidak memberi tahu orang banyak tentang gairah dan keseksian Anda. Kebutuhan fisik adalah perhatian utama Anda.
======================================
B:
Anda menyemburkan getaran sensualitas yang malas. Anda menyukai suasana romantis, penuh dengan suasana jamuan makan malam penuh dengan anggur. Anda senang menerima hadiah-hadiah sebagai tanda cinta dari pasangan. Anda ingin dimanja dan tahu bagaimana memanjakan pasangan. Anda sangat pribadi dalam menunjukkan rasa cinta dan khususnya saat bercinta. Anda akan menahan semuanya sampai segala sesuatunya sesuai dengan persetujuan Anda. Anda dapat mengontrol hasrat dan puasa dari seks bila harus demikian. Anda membutuhkan sensasi dan pengalaman baru. Anda ingin bereksperimen.
==========================================

C:
Anda adalah pribadi yang sangat sosial oleh karenanya penting untuk punya hubungan pribadi. Anda butuh kedekatan dan kebersamaan. Anda harus dapat bicara dengan pasangan sebelum, selama dan sesudah bercinta. Anda ingin obyek kasih sayang Anda dapat diterima secara sosial dan kelihatan
ganteng/cantik. Anda melihat kekasih sebagai teman dan pendamping. Anda adalah orang yang sangat seksi dan sensual, butuh seseorang untuk menghargai dan hampir memuja diri Anda. Ketika itu tidak tercapai, Anda punya kemampuan untuk pergi dalam waktu lama tanpa aktivitas seks. Anda
adalah seorang ahli dalam mengontrol keinginan.
=========================================

D:
Sekali kepala Anda memberitahu bahwa Anda butuh seseorang, Anda mulai bergerak dengan penuh semangat untuk mengejarnya, siapapun orangnya dan dimanapun dia. Anda tak menyerah dengan mudah. Anda adalah tipe orang pengejar lawan jenis, punya semangat ngemong dan peduli bila orang lain punya masalah. Anda adalah orang yang sangat seksi, bergairah, dan penuh semangat dalam membina hubungan meski kadang posesif dan pencemburu. Seks bagi Anda adalah hal yang menyenangkan yang harus dinikmati. Anda terdorong oleh hal eksentrik dan tak biasa, bebas dan terbuka.
================================================== =====

E:
Kebutuhan terbesar Anda adalah bicara. Jika teman kencan Anda bukan pendengar yang baik, hubungan Anda bisa buruk. Pasangan Anda harus menarik secara intelektual. Jika tidak, Anda tak akan tertarik secara seksual padanya. Anda butuh teman untuk seorang kekasih sekaligus pendamping untuk teman tidur. Anda membenci ketidakharmonisan dan gangguan tetapi menikmati perdebatan sesekali. Anda senang main mata karena tantangan lebih penting dibanding tindakan seksual. Namun sekali Anda memberikan hati, Anda adalah orang yang sangat setia. Ketika Anda tak punya teman tidur yang baik, Anda akan tertidur dengan sebuah buku bagus di sisi Anda. (Terkadang, dalam kenyataan Anda lebih memilih buku yang baik).
==============================================

F:
Anda termasuk orang idealis dan romantis serta seorang pemuja lawan-jenis. Anda mencari pasangan hidup yang terbaik. Anda senang main mata tetapi sekali berkomitmen, Anda sangat setia pada pasangan. Anda sensual, seksi dan bergairah secara pribadi. Di muka publik Anda tampak
senang pamer, mewah dan gagah. Anda terlahir sebagai orang romatis. Adegan cinta dramatis adalah fantasi favorit Anda di masa silam. Anda adalah kekasih yang amat baik hati.
================================================== =

G:
Anda orang yang sangat pemilih, mencari kesempurnaan pada diri sendiri dan kekasih. Anda hanya menanggapi kekasih yang secara intelektual sama atau lebih dan orang yang dapat meningkatkan status. Anda orang yang sensual dan tahu bagamana meraih puncak stimulasi erotis karena Anda
mengerjakannya dengan amat cermat. Anda dapat menjadi seseorang yang amat aktif secara seksual ketika menemukan waktu yang tepat. Tugas-tugas dan tanggung jawab mengatasi hal-hal lain. Anda mungkin sulit dekat secara emosi pada seorang kekasih tetapi tidak kesulitan dekat secara seksual.
=============================================

H:
Anda mencari pasangan yang dapat menaikkan reputasi dan mendapatkan ketrampilan. Anda sangat baik terhadap kekasih sekali waktu menjalani komitmen. Hadiah-hadiah Anda sebenarnya merupakan investasi bagi pasangan. Sebelum menjalani komitmen, Anda cenderung berhemat dan berhati-hati terhadap pengeluaran dan kebiasaan berkencan serta sama hati-hatinya dengan keterlibatan secara seksual. Anda adalah kekasih yang sensual dan sabar. Bila sudah menyukai seseorang akan ditunggunya sampai kapanpun untuk meluluhkan hati pasangan yang disukainya. Berani bersaing dan penuh rivalitas dalam mengejar urusan ranjang.
==================================================

I:
Anda memiliki kebutuhan besar untukdicintai dan dihargai…bahkan keinginan untuk dipuja. Anda menikmati kemewahan, sensualitas dan kenikmatan ragawi. Anda mencari kekasih yang tahu apa yang dikerjakan. Anda tidak tertarik pada seorang amatir kecuali amatir yang membutuhkan seorang tutor. Anda cerewet dan menghabiskan banyak tenaga untuk membuat keinginan terpenuhi. Anda butuh eksperimen dan mencoba mode baru untuk kegiatan seks. Anda mudah bosan sehingga membutuhkan petualangan dan perubahan seksual. Anda lebih sensual daripada seksual tetapi kadang menurun menjadi terlalu bernafsu.
==================================================

J:
Anda sangat romantis dan terkait dengan kemewahan cinta. Memiliki pasangan adalah hal yang sangat penting bagi Anda, tapi kadang sangat sulit untuk mendapatkan. Anda bebas dalam menyatakan cinta dan ingin mengambil kesempatan dengan banyak pasangan, mencoba pengalaman seks dengan pasangan baru, membuat semuanya terasa enak. Otak memicu Anda. Anda harus merasa bahwa pasangan mendorong secara intelektual. Bila tidak, Anda akan kesulitan menjaga hubungan dengannya. Anda membutuhkan cinta, disayang, minum anggur dan makan malam untuk tahu bahwa Anda dihargai.
================================================

K:
Tak ada kata lain Anda benar-benar luar biasa mengagumkan!!!!!
==================================================

L:
Anda sangat romatis, idealis kadang percaya bahwa mencintai berarti berkorban. Anda mengakhiri hubungan atau berhenti menarik hati orang yang punya masalah tak biasa. Anda melihat diri sendiri sebagai penyelamat kekasih. Anda tulus, penuh kasih, penuh nafsu dan mimpi. Anda mudah jatuh cinta. Anda berfantasi dan terdorong oleh film dan majalah. Anda tidak mengatakan rahasia hidup kepada orang lain. Tak juga fantasi seksual Anda.
=================================================

M:
Emosional dan bersemangat. Ketika terlibat dalam sebuah hubungan, Anda melempar seluruh diri Anda di dalamnya. Tak ada yang bisa menghentikan Anda, tak ada satu palang pun yang menghalangi Anda. Anda habis-habisan dan mengidamkan seseorang yang sama penuh kasih dan bersemangat. Anda percaya pada kebebasan seksual total. Anda ingin mencoba semua. Pasokan energi seksual Anda tak ada matinya. Anda juga senang bertindak seperti ibu? bagi pasangan.
================================================

N:
Maaf ya…Anda payah di tempat tidur
================================================== =

O:
Anda sangat tertarik terhadap kegiatan seksual tetapi sangat tertutup dan malu mengakui hasrat ini. Anda dapat mengarahkan banyak dari energi seksual itu untuk menghasilkan uang dan atau mencari kekuasaan. Anda dengan mudah dapat memperpanjang periode lajang Anda. Anda penuh kasih,
penuh gairah, pecinta seks menuntut hal yang sama dan pasangan. Seks adalah hal yang serius sehingga Anda meminta keragaman intensitas dan ingin mencoba semua. Kadang gairah Anda berubah menjadi posesif yang harus terus dicek.
==================================================

P:
Anda sangat sadar akan norma sosial. Anda tak akan memikirkan melakukan sesuatu yang membahayakan citra atau reputasi. Penampilan itu penting. Anda membutuhkan pasangan yang kelihatan tampan/cantik juga pandai. Anehnya, Anda kadang memandang pasangan sebagai musuh untuk mendorong getaran seks. Anda relatif bebas dari gangguan seksual. Anda mau bereksperimen dan mencoba cara baru. Anda sangat sosial dan sensual. Anda menikmati main mata dan membutuhkan cukup banyak penghargaan dari segi fisik.
==============================================

Q:
Anda butuh aktivitas dan dorongan konstan. Anda punya banyak sekali energi fisik. Tak mudah bagi seorang pasangan untuk tetap bersama dengan Anda, baik secara seksual maupun hal lain. Anda adalah kekasih yang antusias dan cenderung tertarik pada orang dari kelompok etnis lain. Anda butuh roman, jantung hati dan bunga dan banyak perbincangan untuk menaikkan gairah dan berlanjut ke kegiatan seks.
=================================================

R:
Anda orang yang sangat logis dan sangat berorientasi pada tindakan. Anda butuh seseorang yang dapat mengikuti langkah dan secara intelektual menyamai, lebih cerdas lebih baik. Anda menjadi bergairah lebih cepat karena dorongan pikiran dibanding badan yang indah. Namun ketertarikan fisik amat penting bagi Anda. Anda harus merasa bangga pada pasangan. Secara pribadi Anda sangat seksi tapi Anda tak meminta, Anda ingin berlaku sabagai guru. Seks ilu penting, karenanya Anda dapat menjadi pasangan yang sangat menuntut.
================================================== ==

S:
Anda sangat tertutup, menahan diri dan malu. Anda sangat seksi, sensual dan bengairah tetapi tak membiarkan hal ini. Hanya dalam keintiman pribadi Anda membiarkan alam membuka rahasia Anda. Ketika seks menjadi hal fundamental, Anda adalah seorang ahli. Anda tahu semua trik kecil, dan sanggup bersandiwara atau bermain-main dan membuat kehidupan cinta menjadi sangat serius. Anda punya kesabaran untuk menunggu orang yang tepat.
================================================

T:
Anda sangat sensitif, pribadi dan pasif secara seksual. Anda menyukai pasangan yang mengambil pimpinan. Msuik, lampu yang temaram dan pikiran romantis menaikkan gairah Anda. Anda berfantasi tetapi tidak mudah jatuh cinta. Ketika sedang kasmaran, Anda bisa romantis, idealis,menggelegak, dan amat bersemangat. Anda menikmati saat pikiran dan perasaan terdorong, terangsang dan tergoda. Anda adalah orang yang mahir dalam bermain mata. Anda mampu membuat hubungan sesuai dengan mimpi/fantasi, yang seringkali ada di kepala Anda.
================================================== =====

U:
Anda bersikap antusias dan idealis ketika sedang jatuh cinta. Ketika tidak sedang jatuh cinta, Anda jatuh cinta dan selalu mencari seseorang untuk dipuja. Anda melihat roman sebagai tantangan. Anda adalah seorang penjelajah dan butuh petualangan, kehebohan dan kebebasan. Anda hanya berurusan dengan hubungan yang potensial. Anda merasa nikmat memberi hadiah dan melihat pasangan terlihat cantik/tampan. Dorongan seks Anda kuat dan bernafsu untuk langsung dikagumi. Anda ingin menempatkan kesenangan pasangan di atas keinginan diri sendiri.
================================================== ===

V:
Anda individualis dan butuh kebebasan, ruang dan kehebohan. Anda menunggu sampai kenal seseorang dengan baik sebelum berkomitmen. Mengenal seseorang berarti menjiwainya. Anda merasa butuh mengerti isi kepalanya untuk mengerti apa yang mambuatnya bergerak. Anda tertarik pada orang bertipe eksentrik. Seringkali ada perbedaan usia antara Anda dan pasangan. Anda menikmati bahaya, gairah dan ketegangan. Adegan gay membuat Anda bergairah meski Anda bukan gay.
================================================== =====

W:
Anda sangat bangga, tekun dan menolak tantangan ketika mengejar cinta. Ego Anda dipertaruhkan. Anda romantis, idealis dan sering jatuh cinta dengan cinta itu sendiri dan tidak melihat pasangan sebagai dirinya sendiri. Anda merasa benar-benar melemparkan seluruh diri Anda ke dalam hubungan. Tak ada yang terlalu baik untuk pasangan. Anda menikmati percumbuan.
================================================== =====

X:
Anda butuh stimulasi konstan karena mudah bosan. Anda dapat berpacaran dengan lebih dari satu orang dengan mudah. Anda tak dapat mematikan pikiran. Anda terus bicara selagi bercinta. Anda punya hubungan cinta yang hebat, semuanya oleh diri sendiri dan di dalam kepala.
================================================== ==========

Y:
Anda seksi, sensual dan sangat mandiri. Bila tak mendapatkannya dengan cara Anda sendiri, Anda menghentikan segala sesuatunya. Anda ingin mengontrol hubungan yang tidak selalu berjalan dengan baik Anda merespon dorongan fisik, menikmati sentuhan di leher dan menghabiskan berjam-jam hanya untuk menyentuh, merasakan dan mengeksplorasi. Namun jika Anda menghabiskan waktu mencari uang, Anda akan menghentikan kesenangan ragawi ini sementara waktu. Anda merasa perlu membuktikan pada diri sendiri dan pasangan betapa hebatnya Anda sebagai seorang kekasih. Anda ingin umpan balik soal kinerja. Anda teman tidur yang terbuka, mendorong dan romantis.
================================================== =====

Z:
Bagi Anda bisnis harus didahulukan dibanding urusan seks. Jika Anda diganggu urusan karir, bisnis atau urusan uang, Anda akan susah untuk rilek dan mendapat mooduntuk bercinta. Anda idealis, romantis terhadap tanggungjawab dan merasa harus sangat sensual. Anda tak pernah kehilangan kontrol terhadap emosi. Anda sangat hati-hati sebelum memberikan hati dan tubuh untuk urusan satu ini. Sekali Anda berkomitmen, Anda akan lekat seperti lem.

Matahari

Saat Matahari Dilanda Gempa

pangeran-matahari

Sumber : langitselatan.com

Matahari bisa juga berdentang. Tak percaya? Ledakan bintang ternyata bisa membuat Matahari berdentang laksana lonceng. Itu adalah hasil penemuan Christoffer Karoff and Hans Kjeldsen dari University of Aarhus, Denmark. Nah, bagaimana ceritanya Matahari bisa berdentang? Ledakan bintang atau yang dikenal sebagai Solar flare atau flare Matahari adalah ledakan yang umum terjadi di sekitar Matahari dan mencerminkan aktivitas siklus bintik.

Di lapisan terluar Matahari terjadi semburan material yang kemudian mengendalikan terjadinya osilasi di seluruh Matahari. Kejadiannya sebenarnya mirip dengan berdentangnya Bumi selama beberapa minggu setelah terjadi gempa besar-besaran. Kemungkinan ini pertama kali diajukan pada tahun 1970, namun belum pernah ada demonstrasinya sampai dengan sekarang. Baru saat inilah, untuk pertama kalinya, bukti pengamatan berhasil menangkap kejadian tersebut. Penemuan ini tidak hanya menolong kita dalam memahami proses fisis di Matahari, namun juga bisa menjadi petunjuk untuk memahami perilaku siklus aktivitas di bintang lain.

Seismologi Matahari
Pengawasan berkelanjutan terhadap osilasi Matahari atau yang juga dikenal sebagai helioseismologi saat ini menjadi teknik yang digunakan untuk mempelajari struktur fisik Matahari. Salah satunya adalah mengawasi bagian lapisan-lapisan yang berbeda dari gas panas dan plasma. Secara umum, osilasi ini didahului oleh pergolakan konveksi yang terjadi di dekat permukaan Matahari saat materi panas muncul dari kedalaman Matahari, dan kembali tenggelam saat menjadi dingin. Gerakan ini menyebabkan terjadinya derau latar belakang yang mengguncang Matahari dengan frekuensi yang cukup luas.

Kejadian tersebut cenderung menyembunyikan osilasi yang terjadi oleh kondisi lokal seperti flare Matahari, letusan plasma panas yang besar yang terjadi akibat perubahan mendadak di medan magnet Matahari. Akibatnya, terjadi pelepasan energi dalam jumlah besar, dan dikenal dapat menyebabkan terjadinya riak pada permukaan sebuah kolam saat ada kerikil jatuh di dalamnya.

Flare Matahari umumnya terjadi di sekitar bintik Matahari, dan ini menunjukan siklus aktivitas yang mencerminkan siklus bintik Matahari yang terjadi dan mencapai puncaknya tiap 11 tahun.

Saat Karoff dan Kjeldsen mempelajari data dari dua satelit yang mengawasi Matahari (the Solar and Heliospheric Observatory and the Geostationary Operational Environmental Satellite), mereka menemukan jika osilasi frekuensi tinggi di seluruh bintang lebih terlihat saat flare Matahari lebih aktif, dan memperlihatkan secara tidak langsung hubungan di antara keduanya.

Osilasi tersebut secara tidak langsung dapat diamati. Kedua satelit melihat adanya pergeseran pada frekuensi cahaya yang dipancarkan Matahari, akibat gerak permukaan Matahari. Data inilah yang diambil dan diinterpretasikan, bahwa pergeseran itu terjadi akibat goncangan. Pengamatan ini baru yang pertama. Pekerjaan baru dimulai dan yang harus dilakukan adalah mengungkapkan bagaimana energi dari flare dihantarkan ke dalam osilasi tersebut.

Lemparkan Cahaya Ke Matahari
Untuk mempelajari lebih lanjut diperlukan perencanaan dengan model struktur Matahari untuk area tempat flare dan bintik Matahari terbentuk. Menurut Houdek, pekerjaan lanjutan ini akan memberi secercah cahaya untuk memahami siklus Matahari yang sampai saat ini belum dipahami secara keseluruhan. Bisa jadi, dengan studi lanjutan, simpul pengembalian antara gempa Matahari dan flare dapat diketahui. Sementara, untuk osilasinya, tim peneliti memperkirakan hal tersebut terjadi sebagai respons balik dari aktivitas flare. Houdek juga memperkirakan jika getaran yang terjadi itu bisa jadi mengubah struktur matahari dan memengaruhi proses terbentuknya flare.

Bagi Karoff yang juga meneliti bersama Houdek, penemuan ini mungkin bisa juga terjadi pada bintang lain. Dengan mempelajari Matahari, diharapkan kondisi di bintang lainnya bisa dipahami. Namun, hingga saat ini masih sangat sulit untuk mengetahui, apakah bintang lain juga memiliki siklus flare dan bintik yang bisa dibandingkan dengan Matahari. Mengapa susah? Dengan penjelasan secara sederhana, bintang lain memang berada terlalu jauh untuk diamati. Tapi sekarang, dengan mengambil sinyal osilasi dari berkas cahaya Matahari, kita bisa mencoba untuk menarik kesimpulan mengenai siklus aktivitas flare pada bintang jauh.

Jika sinyal yang sama bisa dilihat pada bintang jauh, maka bisa disimpulkan kalau bintang tersebut juga memiliki flare. Data seperti itu akan bisa didapat dari satelit astronomi seperti Teleskop Kepler milik NASA yang akan diluncurkan tahun depan.

Islam Kaffah

ISLAM KAFFAH

Tulisan ini diilhami oleh kenyataan umat Islam (Indonesia) yang hingga kini masih terpuruk dan berkubang dalam kegagalan, kemiskinan, kebodohan, kekalahan dan keterpojokan—suatu kenyataan yang tentu saja sangat memprihatinkan dan sekaligus bertentangan dengan posisi dan atribut mulia yang disandangkan Tuhan kepada mereka. Di dalam Al-Quran umat Islam diberi atribut sebagai khairu ummah yang dilahirkan untuk manusia dengan posisi khalîfah fil ardh yang berfungsi sebagai rahmatan lil ‘alamîn. Dengan atribut ini umat Islam mestinya sudah menjadi pemimpin dunia dan pemegang kunci-kunci sukses sebagaimana yang pernah dialami oleh sang Rasul dan para sahabat; bukan seperti sekarang yang dalam kafilah global tertinggal jauh di belakang gerbong-gerbong Jepang, Barat, dan Eropa.

Semua fenomena “kegagalan” yang menimpa umat Islam sebenarnya berpangkal dari satu hal, yaitu ketidakutuhan pemahaman mereka mengenai Al-Islam sehingga tidak mampu mengamalkan undang-undang Tuhan tentang kesuksesan itu sendiri.

Apa Itu Islam?

Islam adalah agama samawi terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi pedoman, petunjuk dan peta kehidupan bagi seluruh umat manusia agar mereka sukses, selamat dan bahagia di dunia dan akhirat. Secara keseluruhan Islam dapat dipahami sebagai perjalanan hidup Rasul sendiri sejak beliau berusia 40 tahun ketika diangkat sebagai Rasul hingga berusia 63 tahun ketika beliau wafat. Keseluruhan pribadi Rasul—mulai dari kerohanian, pemikiran, ucapan dan perbuatan beliau hingga pada akhlak dan ibadah beliau—itulah yang disebut Islam, dan semuanya terekam dalam dua kerangka pedoman mutlak yang dikenal dengan sebutan al-Quran dan al-Hadis.

Dengan demikian, memahami dan meneladani Rasul berarti sama dengan memahami dan mempraktekkan Islam, yang berarti pula sama dengan memahami al-Quran dan al-Hadis.

Tiga Pilar Islam

Dalam Tafsir Al-Mishbah-nya M. Quraish Shihab membagi kandungan Al-Islam (Al-Quran) menjadi 3 (tiga) unsur pokok: akidah, syari’ah, dan akhlak, atau—dalam istilah yang sering saya gunakan—kerohanian, fikih dan akhlak. Akidah atau kerohanian menyangkut hablumminallâh (hubungan manusia dengan Allah), sedangkan akhlak menyangkut hablumminannâs (hubungan manusia dengan manusia). Adapun fikih atau syari’ah (dalam pengertian sempit) merupakan perekat akidah dan akhlak yang tertuang dalam formulasi hukum, peraturan, dan tata cara lahiriah ibadah dan muamalah (termasuk khilafah, perang, dan lain sebagainya); fikih sekaligus berfungsi sebagai identitas bagi seorang Muslim/Mukmin. Gabungan ketiga unsur pokok inilah yang dimaksud dengan Islam Kaffah.

Namun begitu, tidak tertutup kemungkinan adanya pembagian kandungan ajaran Islam Kaffah menjadi lebih banyak lagi (dengan berbagai definisinya), tetapi semuanya tetap tercakup dalam ketiga unsur pokok tersebut.

1. Akidah

Akidah atau kerohanian adalah undang-undang Tuhan mengenai kesuksesan ukhrawi bagi orang-orang yang beriman, dan dalam batas-batas yang ideal—terutama apabila ditopang oleh akhlak karimah—dapat melahirkan kesuksesan duniawi. Akidah atau kerohanian (spiritualitas) yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan mengenal, mengalami dan meyakini Allah dan hal-hal yang ghaibi (metafisik) lainnya secara haqqul yaqin, dan kemampuan semacam ini hanya dapat diasah dan dicapai secara optimal melalui intensifikasi dzikrullah di jalan sufi yang disebut dengan istilah tharîqah, sebagai fundasi hablumminallâh (berhubungan dengan Allah). Dengan tharîqah seseorang dimungkinkan “mengalami hal-hal keilahian” secara hak, yang membuat hidupnya di dunia menjadi lebih bermakna, tidak sekadar berurusan dengan “sepiring nasi”. Dengan aspek kerohanian dan pengalaman keilahian ini pulalah mengapa sebuah “agama” dapat disebut agama. “Agama” yang tidak memungkinkan penganutnya mengalami hal-hal keilahian dan hal-hal ghaibi lainnya tidak lagi dapat disebut agama; ia sesungguhnya tidak lebih dari sekadar budaya. Dalam psikologi modern, kemampuan mengenal, mengalami dan meyakini Allah semacam ini dikenal dengan istilah kecerdasan spiritual (SQ). Sayangnya, teori SQ yang berkembang sekarang justru menafikan keterkaitannya dengan agama formal, apalagi dengan tharîqah, jalan yang ditempuh para sufi dan merupakan ruh setiap aktivitas.

Tujuan puncak tharîqah adalah menggapai ridha Tuhan di dunia dan akhirat. Tujuan ini tersimpul dalam doa yang selalu dibaca setiap kali seseorang mau mengamalkan dzikir atau wirid, yaitu ilâhî anta maqshûdî wa ridhâka mathlûbî (Tuhanku, hanya Engkau yang kutuju dan hanya ridha-Mu yang kucari); yang pada prinsipnya merupakan perwujudan dan pengamalan atas perintah Tuhan dalam al-Quran, “Qul inna shalâtî wa nusukî wa mahyâya wa mamâtî lillâhi rabbil 'âlamîn (Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam).” (Al-An'âm, 6: 162)

Dengan demikian, tujuan tharîqah bukan kekeramatan, kekayaan, kesaktian, dan lain sebagainya. Bahwa kemudian seseorang yang sungguh-sungguh menapaki tharîqah ini tiba-tiba memiliki kelebihan, keistimewaan, atau kemampuan yang luar biasa (suatu kemampuan yang dalam wacana keislaman disebut dengan istilah mu’jizat untuk para nabi, atau karamah untuk para wali, atau ma'ûnah untuk orang-orang saleh), semua itu sebenarnya semata-mata merupakan rahmat dan karunia Tuhan bagi hamba-hamba yang dicintai dan diridhai-Nya, dan hampir setiap orang dalam tharîqah ini—sedikit atau banyak, jarang atau sering—pernah mengalami pertolongan-pertolongan Tuhan, yang sungguh-sungguh luar biasa terutama kalau dilihat dengan kacamata umum. Kisah Ab. Zebua, putra angkat YM. Ayahanda Guru, dan kisah seorang ikhwan yang diserang badai, misalnya, merupakan sebagian dari sekian banyak contoh pertolongan-pertolongan Tuhan yang diberikan kepada orang-orang tharîqah, sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa tharîqah sebenarnya juga memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi kesuksesan duniawi meskipun kesuksesan ini bukan menjadi tujuan tharîqah. Tujuan utama tharîqah, sekali lagi, adalah untuk meraih ridha Allah.

Pada level ideal, ketika syarat dan rukun sudah terpenuhi, tharîqah juga dapat berfungsi sebagai sarana perbaikan akhlak, aspek lain dari ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari konsep dzikir lathâif yang dikenal dalam tharîqah. Dzikir lathaif ini berfungsi antara lain untuk membongkar akhlak buruk yang bersarang di berbagai titik dalam diri manusia. Pengamalan dan penghayatan yang mendalam dan sungguh-sungguh terhadap dzikir lathaif ini akan membuahkan akhlak karimah yang signifikan. Oleh karena itu, dzikir lathaif ini jangan diamalkan “sambil lalu” sehingga tampak tidak lebih dari sekadar kebiasaan, melainkan harus disertai niat dan penghayatan yang sungguh-sungguh untuk membongkar akhlak yang tercela sesuai dengan titik-titik terkait. Dan secara keseluruhan, jika dilaksanakan sesuai dengan syarat dan rukunnya, tharîqah juga sekaligus melahirkan ketaatan menjalankan fikih sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya yang merupakan asas dalam tharîqah.

2. Akhlak

Akhlak pada hakikatnya merupakan undang-undang Tuhan mengenai kesuksesan dunia. Akhlak memainkan peran yang sangat penting dalam Islam, sedemikian penting sehingga menjadi salah satu dari dua misi Rasul yang paling pokok. Misi pertama berkenaan dengan akidah, tauhid atau kerohanian (tasawuf/tarekat), yang menyangkut hubungan manusia Muslim dengan Allah (hablumminallâh), sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam beberapa firman-Nya, antara lain: : “Tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka menyembah Tuhan yang Mahaesa; tidak ada Tuhan kecuali Dia.” (At-Taubah, 9: 31), “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam setiap umat seorang rasul (yang memerintahkan:) Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut;” (An-Nahl, 16: 36). Misi kedua adalah menyempurnakan akhlak (hablumminannâs) sebagaimana ditegaskan oleh beliau sendiri ketika bersabda, “Sesungguhnya aku diutus tiada lain hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Secara esensial akhlak merupakan fundasi hablumminannâs (berhubungan dengan sesama manusia). Hal itu dapat dipahami dari sebuah sabda Rasul yang mengisyaratkan bahwa bekal utama yang diperlukan dalam berhubungan dengan manusia adalah akhlak, yaitu ketika beliau menegaskan, “Kalian tidak dapat memperlakukan orang dengan kekayaan kalian, tetapi kalian harus memperlakukan mereka dengan akhlak kalian.” Namun begitu, sebagaimana halnya tharîqah yang berfungsi sebagai fundasi hablumminallâh tetapi juga terkait erat dengan perbaikan akhlak dan sekaligus memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan duniawi, akhlak pun (sebagai fundasi hablumminannâs juga terkait dengan—dan memberikan pengaruh terhadap—efektifitas hablumminallâh. Dalil-dalil al-Quran dan al-Hadis tentang hal ini banyak sekali. Tentang akhlak buruk sombong, misalnya, al-Quran menegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-bangngakan diri (An-Nisâ', 4: 36). Di tempat yang lain Allah berfirman: “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, dan kamu kekal di dalamnya; itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong.” (Al-Mu'min, 40: 76; Luqmân, 31: 18). Nabi pun menegaskan: “Tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji dzarrah (atom).” Dalam hadis yang lain beliau bersabda: “Segeralah kalian berakhlak baik, karena orang yang berakhlak baik pasti masuk sorga; dan berhati-hatilah, jangan sampai kalian berakhlak buruk, karena orang yang berakhlak buruk pasti masuk neraka.” Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak sesungguhnya merupakan bentuk lain dari hablumminallâh yang manifestasi dan perwujudannya terkait dengan aktivitas-aktivitas dan hubungan antarsesama manusia. Pelanggaran akhlak mengakibatkan seseorang terhalang memasuki sorga-Nya. Lebih dari itu, bagaimana mungkin seseorang dapat berdzikir dengan tenang apabila ia dimusuhi banyak orang karena akhlaknya tidak terpuji? Bagaimana mungkin seseorang dapat meraih ridha Tuhan dengan dzikir dan wirid jika ia tetap mempertahankan kesombongannya sementara Allah telah menegaskan dalam al-Quran: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan suka membanggakan diri.” (Luqmân, 31: 18)?

Akhlak yang dimaksudkan di sini tentu saja bukan hanya akhlak dalam pengertian sifat-sifat “lemah-lembut, sopan, atau ramah”, melainkan juga—yang tidak kalah pentingnya—adalah akhlak dalam pengertian “kemampuan memahami diri sendiri dan memahami perasaan orang lain”, suatu kemampuan yang melahirkan kejujuran (amanah), kepercayaan, kepemimpinan, kerja keras, kreativitas, visi dan aktualisasi diri, tanggung jawab, kebijaksanaan, kedermawanan, kepedulian (terhadap sesama dan lingkungan), kebersihan, dan lain sebagainya. Dalam istilah psikologi modern, akhlak dalam pengertian ini disebut dengan kecerdasan emosional (EQ). Dengan akhlak inilah orang-orang Jepang, Barat dan Eropa mencapai semua kesuksesan mereka. Meskipun tidak memiliki keimanan yang benar, mereka ternyata telah menjalankan undang-undang Tuhan mengenai kesuksesan di dunia sehingga mereka benar-benar sukses. Mereka dalam hal ini bahkan “jauh lebih Islami” dibandingkan dengan umat Islam sendiri. Para pengusaha dan para manajer eksekutif Barat—yaitu mereka yang dikenal dengan sebutan the Corporate Mystics (Sufi-Sufi Perusahaan Raksasa)—rata-rata memiliki dan mempraktekkan secara sungguh-sungguh “akhlak aktif” atau nilai-nilai luhur semacam ini.

Di kalangan umat Islam, “akhlak aktif” atau undang-undang Tuhan mengenai kesuksesan dunia justru luput dari perhatian mereka. Tentang kebersihan saja, misalnya, kita dapat melihat dengan mudah bahwa masjid-masjid Timur (Islam) biasanya jauh lebih kotor dibandingkan dengan gereja-gereja Barat (Kristen). Kurikulum pendidikan Islam (demikian juga kurikulum pendidikan nasional kita) hampir tidak pernah menyentuh materi dan/atau menyajikan analisis yang memadai mengenai kandungan ajaran Islam yang satu ini.

3. Fikih

Fikih berkenaan dengan hukum-hukum formal tentang ritualitas ibadah dan muamalah, dan biasanya dikaitkan dengan hukum-hukum wajib, sunnat, mubah, makruh dan haram. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fikih pada dasarnya merupakan rambu-rambu dan prosedur tetap (protap) bagi orang-orang Muslim; bahkan juga merupakan identitas yang membedakan mereka dari orang-orang non-Muslim, di samping merupakan perekat atau pembungkus akhlak dan akidah. Ajaran tentang akidah (hablumminallâh) dan akhlak (hablumminannâs) berlangsung pada periode Mekah, yaitu 13 tahun pertama kenabian sang Rasul, dan masih terus berlangsung hingga beliau wafat; dua unsur ajaran Islam ini mengambil porsi paling besar dari semua ajaran Islam. Dalam periode Mekah ini belum tercetus ajaran Islam yang menyangkut fikih. Esensi fikih (pada masa Rasul belum ada istilah fikih) baru muncul pada periode Madinah, yaitu 10 tahun terakhir sebelum beliau wafat.

Fikih berfungsi sebagai penunjuk identitas Muslim dalam mengimplementasikan akidah dan akhlak; dan mengambil porsi yang sangat sedikit (kira-kira 3%) dari keseluruhan ajaran Islam, karena selebihnya (97%) menjadi porsi akidah dan akhlak. Masing-masing dari akidah, akhlak dan fikih ini muncul secara bertahap, tidak sekaligus. Baru menjelang Rasul wafat, seluruh ajaran Islam (akidah, akhlak, dan fikih) menjadi sempurna. Kesempurnaan ajaran Islam itu ditegaskan sendiri oleh Allah ketika Dia berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kusempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku ridha Islam sebagai agamamu.” (Al-Mâidah, 5: 3).

Di atas sudah dijelaskan bahwa akhlak sesungguhnya juga merupakan bentuk lain dari hablumminallâh yang manifestasi dan perwujudannya terkait dengan aktivitas-aktivitas dan hubungan antarsesama manusia. Demikian juga fikih. Dalam wacana Islam Kaffah fikih sesungguhnya juga merupakan bentuk lain dari hablumminallâh yang manifestasinya terkait dengan ritualitas ibadah dan muamalah atau hukum-hukum yang lima. Dengan begitu, akidah, akhlak dan fikih—ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan yang padu, satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan. Dalam kaitan ini, saya menggambarkan Islam Kaffah seperti telur; fikih adalah kulit telur, akhlak adalah putih telur, dan akidah atau kerohanian adalah kuning telur. Ketiga-tiganya harus ada supaya dapat disebut sebagai telur. Akidah, akhlak dan fikih harus diakui, dihayati dan diwujudkan bersama-sama sekaligus agar dapat disebut sebagai Islam atau Islam kaffah.

Sayangnya, sebagian besar dari umat Islam lebih banyak terkungkung dalam paradigma fikih semata. Dalam pandangan mereka fikih seolah-olah sama dengan “Islam” itu sendiri, padahal fikih tidak lebih dari sekadar hasil pemahaman (ijtihad) tentang nash-nash (al-Quran dan al-Hadis), yang dalam banyak hal—terutama jika tidak disikapi secara bijaksana—cenderung gersang dan kaku, bahkan sangat potensial memicu perpecahan, dan pada gilirannya melahirkan kehidupan tidak berakhlak yang notabene kehidupan yang gagal.

Paradigma fikih yang tidak dipahami dengan pendekatan moral dan spiritual (akhlak dan thariqat) memang tidak diragukan merupakan sebab kegagalan dan kekalahan umat Islam. Sebaliknya, paradigma moral an sich seperti dipegangi Jepang, Barat, dan Eropa—karena tidak dibarengi dengan keimanan yang benar dan pendekatan spiritual yang memadai—telah menjadikan semua kesuksesan yang dicapai mereka tidak lebih daripada fatamorgana belaka; bahkan tidak jarang kehidupan orang-orang sukses di antara mereka berakhir secara mengenaskan (bunuh diri dengan berbagai cara).

Paradigma spiritual (tharîqah) pun, jika tidak dilengkapi dengan paradigma fikih dan moral, akan melahirkan ketimpangan, ketidakharmonisan dan bahkan juga kesesatan di samping kegagalan. Tidak diragukan, dalam kondisi ideal, spiritualitas (tharîqah)—meskipun pada dasarnya merupakan undang-undang Tuhan mengenai kesuksesan ukhrawi—memang sekaligus berfungsi sebagai mata air kesuksesan dunia. Artinya, pengamalan spiritualitas (tharîqah) yang optimal akan melahirkan moralitas yang signifikan untuk meraih sukses, dan sekaligus memotivasi ketaatan menjalankan fikih sebagai perwujudan ketaatan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Namun begitu, kenyataan menunjukkan bahwa di antara pengamal tharîqah banyak yang belum optimal mengamalkan dzikrullah, bahkan tidak jarang yang cenderung lepas kontrol dengan mengeluarkan kaji-kaji aneh yang menyimpang dari jalan Islam, di samping cenderung menganggap tharîqah sebagai representasi total ajaran Islam, sedemikian rupa sehingga aspek fikih dan akhlak terabaikan: sikap-sikap amanah (jujur), kreatif, bertanggung jawab, dan bersilaturrahim dalam suasana ukhuwah yang mesra antarsesama belum melembaga, dan sebaliknya, sikap-sikap iri, dengki, bergunjing, masih merebak; bahkan pengamalan ibadah-ibadah formal (seperti salat wajib lima waktu, salat Tahajjud, Dhuha, dan lain sebagainya) belum maksimal bagi sebagian pengamal tharîqah. Semua itu adalah sebagian kecil contoh yang membuktikan kenyataan ini. Oleh karena itu, dukungan sistem pembinaan akhlak dan pencerahan fikih melalui berbagai program (taushiyah, pengembangan wawasan, ceramah keagamaan, penataran dan pelatihan, dll.), menjadi sangat signifikan dan tidak perlu dianggap menyimpang dari nilai-nilai tharîqah yang keabsahannya tidak diragukan sama sekali.

Apa pun, jika orang Islam ingin hidup sukses, mulia dan terhormat sebagai individu atau ingin meraih kembali posisi mereka sebagai khairu ummah dan khalîfah fil ardh yang mampu menebarkan rahmat ke seluruh alam (rahmatan lil ‘âlamîn), dan sekaligus meraih kesuksesan ukhrawi, maka satu hal yang sangat mendesak untuk dilakukan adalah reinterpretasi Islam dengan meninggalkan pemahaman keislaman yang sepotong-sepotong (fikih an sich, atau akhlak an sich, atau kerohanian an sich), menuju pemahaman dan pengamalan Islam kaffah (akidah, akhlak, dan fikih sekaligus) sebagai manifestasi ketaatan menjalankan perintah Tuhan, “Masuklah kalian semua ke dalam Islam secara kaffah (udkhulû fis silmi kâffah).” (Al-Baqarah, 2: 208)

Jika setiap individu di lingkungan umat Islam berlapang dada untuk menyadari pentingnya reinterpretasi Islam menuju pemahaman dan pengamalan Islam kaffah, niscaya kemenangan umat Islam tidak akan lama lagi, baik secara nasional maupun secara global, karena pengamalan Islam kaffah sebagaimana yang diamalkan Rasul dan para sahabat benar-benar adalah kunci sukses dunia dan akhirat, dan Allah SWT sendiri telah berjanji dengan firman-Nya, “Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sudah dekat.” (Al-Baqarah, 2: 214).

***

Sebagai penutup tulisan ini, perlu direnungkan bagaimana Rasul dan para sahabat mampu mengalahkan dua imperium raksasa (Romawi dan Persia) yang menjepit wilayah mereka. Mereka tentu orang-orang yang sangat tahkik kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka juga tentu orang-orang yang berakhlak (jujur, kreatif, berani, beretos kerja tinggi, bertanggung jawab, saling menghargai dan menyayangi satu sama lain dengan memperkuat silaturrahim, dll.), dan mereka pun ternyata tetap konsisten menjalankan ibadah-ibadah formal (seperti salat dan puasa) bahkan dalam keadaan perang sekali pun; sebab orang yang meninggalkan salat dengan sengaja—sebagaimana ditegaskan Rasul dalam sebuah hadis—berarti ia telah kafir terhadap apa yang dibawa oleh Muhammad.

Dalam kaitan ini pula, kita juga perlu merenung: “Mungkinkah orang-orang thariqat yang rajin wirid dan rajin suluk (atau siapa pun) akan dipercaya/dimuliakan orang—atau mungkinkah mereka akan meraih kesuksesan duniawi—kalau mereka tetap sombong, keji, zhalim, pembohong, pendendam, penggunjing, malas dan kotor?” Jangankan kesuksesan duniawi, kesuksesan ukhrawi pun tampaknya masih perlu dipertanyakan. Sebab, Allah telah menetapkan melalui lisan Nabi-Nya bahwa orang yang dalam hatinya ada kesombongan, meskipun sebesar biji dzarrah (biji atom), tidak akan masuk sorga.

Mempedomani Islam

MEMPEDOMANI ISLAMJul 4, '06 7:04 AM
for everyone

Oleh H. Don*


M

anusia diciptakan dengan posisi sebagai khalîfah Tuhan di muka bumi; artinya sebagai “wakil” atau “kepanjangan tangan” Tuhan untuk mengurus dan mengelola bumi. Tugas sebagai khalîfah sedemikian kompleks, dan manusia dihadapkan pada berbagai pilihan: di bidang apa dan bagaimana ia memfungsikan dirinya sebagai khalîfah. Banyak jalan yang tersedia untuk ditempuh, dan setiap saat manusia harus mengambil keputusan “jalan mana yang harus ia pilih dari sekian banyak jalan itu”, sehingga banyak persoalan yang muncul, dan banyak pula pertanyaan yang harus dijawab: Ke mana ia harus pergi? Untuk apa ia berada di sini? Apa yang harus ia lakukan: kuliah, kawin, atau menjadi kaya? Naik haji atau membuat usaha lebih dahulu? Bila suami kawin lagi, rela dimadu atau lebih baik meminta cerai? Bila didera sakit yang tidak sembuh-sembuh, apa yang harus ia lakukan?

Di sini manusia memerlukan peta, peta kehidupan yang memberinya petunjuk ke arah mana ia harus melangkah, apa yang harus ia perbuat, dan bagaimana ia harus berbuat. Kadang-kadang manusia kebingungan, tidak mengetahui jawaban yang benar-benar tepat untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak sekali di antara manusia—bahkan juga kita—mencari peta kehidupan itu dari sinetron-sinetron, dari film-film India, dari teman-teman, dan bahkan juga dari dukun-dukun. Mereka tidak sadar (atau tidak mau sadar) bahwa Tuhan telah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, termasuk peta penunjuk jalan kehidupan. Tuhan tidak menciptakan manusia kemudian meninggalkan mereka begitu saja, tetapi telah menyediakan segalanya untuk manusia.

Peta kehidupan yang disediakan Tuhan tiada lain adalah apa yang disebut dengan agama (Islam). Sebagai peta kehidupan, agama hadir lengkap dengan “buku pedoman” yang disebut Al-Quran, yang berfungsi sebagai hudan linnâs (petunjuk bagi manusia), pembeda antara hak dan batil. Tidak hanya itu. Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, sang Rasul yang membawa agama itu sendiri, bahkan berfungsi antara lain sebagai teladan konkret dalam mempraktekkan pedoman itu, sehingga dalam Al-Quran beliau disebut dengan istilah uswatun hasanah (panutan yang indah) dan dipuji oleh Tuhan dengan puncak pujian: “Sungguh Engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4).

Semua itu adalah peta kehidupan untuk manusia. Semua itu adalah “kado” Tuhan untuk kita. Sebuah kado yang harus kita buka dan kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya apabila kita ingin tidak tersesat dalam menapaki jalan-jalan kehidupan yang penuh dengan misteri ini.

* Apa Itu Islam?

Tidak jarang di antara kita masih bertanya-tanya atau tidak mengetahui secara pasti “apa sebenarnya Islam itu”. Islam adalah Al-Quran itu sendiri. Islam adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam itu sendiri. Semua yang melekat pada diri Rasul dan yang dilakukan oleh Rasul adalah Islam. Tidak ada yang lain. Mempelajari Al-Quran berarti mempelajari Islam, dan meneladani Rasul berarti mempraktekkan Islam.

Islam tidak hanya menyangkut soal salat, puasa, haji, wudhu, najis, dan lain sebagainya. Orang yang salat, misalnya, tidak dapat dikatakan serta-merta telah mempraktekkan Islam. Hanya dengan salat, seseorang tidak serta-merta telah menjadi Mukmin atau Muslim (dalam arti yang sebenarnya). Dalam Al-Quran disebutkan bahwa di antara orang-orang yang salat bahkan ada yang diancam dengan neraka (Wail), yaitu mereka yang hati (rohani)-nya tidak khusyuk. Mereka bahkan juga disebut sebagai pendusta agama apabila mereka berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim dan tidak mau memberi makan kepada orang miskin.

Jadi, Islam mencakup banyak aspek, bersifat multidimensional, dan tidak hanya mengurusi soal-soal ibadah (lahiriah) semata. Aspek-aspek yang tercakup dalam Islam secara rignkas dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) wilayah: fikih, kerohanian, dan akhlak. Fikih (hukum-hukum dan tata cara ibadah lahiriah) bahkan menempati wilayah yang sangat sempit dalam Islam. Dalam Al-Quran pun hanya ada sekitar 200 ayat yang berhubungan dengan fikih; jadi, kira-kira 3 % saja dari keseluruhan yang termaktub dalam Al-Quran (demikian pula dalam Al-Hadis). Selebihnya berkenaan dengan persoalan akhlak dan kerohanian. Tiga wilayah ini—fikih, kerohanian, dan akhlak—dapat dipahami dengan lebih jelas dalam gambar berikut:

Fikih, kerohanian dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Bukan seorang Muslim (yang sebenarnya) jika hanya mengambil satu saja dari ketiga wilayah Islam tersebut. Tuhan memerintahkan kita agar masuk Islam secara kâffah, secara total, secara keseluruhan; bukan sebagian seperti yang dilakukan atau dialami oleh sebagian besar umat Islam sekarang.

Umat Islam pada umumnya hanya mengambil wilayah fikih semata, dan mengabaikan—atau tidak begitu memperhatikan—dua wilayah yang lain (kerohanian dan akhlak). Betapa banyak orang Islam yang rajin salat, atau yang berkali-kali naik haji, atau yang gemar berpuasa sunnat, tetapi sifat-sifat atau akhlak mereka buruk: sombong, dengki, kejam, suka berbohong, korup, pendendam atau tidak mau memaafkan, dan lain sebagainya; padahal akhlak (yang baik) menempati wilayah yang sangat besar dalam Islam, sedemikian besar sehingga Nabi pun bersabda, “Segeralah kalian berakhlak baik, karena orang yang berakhlak baik pasti masuk sorga; dan berhati-hatilah, jangan sampai kalian berakhlak buruk, karena orang yang berakhlak buruk pasti masuk neraka.” Hal ini tiada lain—sebagaimana ditegaskan juga oleh Rasul—karena “akhlak yang baik dapat meleburkan dosa-dosa sebagaimana matahari meleburkan salju.” Sebaliknya, akhlak yang buruk akan menggiring pemiliknya ke neraka, karena Allah—masih kata Rasul—tidak mengizinkanorang-orang yang berakhlak buruk untuk bertobat. Setiap kali orang yang berakhlak buruk bertobat dari suatu dosa, ia akan terlibat lagi dengan dosa yang lebih besar.

Betapa banyak sabda-sabda Rasul yang menegaskan keutamaan akhlak. Sebutlah lagi misalnya: “Orang-orang yang menahan amarah dan orang-orang yang pemaaf; Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Âli ‘Imrân [3]: 134). Berbuat baik artinya memiliki akhlak yang baik, dan Allah mencintai orang-orang yang berakhlak baik. Lebih dari itu, sebuah sabda Rasul menegaskan, “Orang yang memiliki sifat (akhlak) yang baik akan mendapatkan pahala orang-orang yang berpuasa di siang hari dan bertahajjud di malam hari.” Beliau juga bersabda, “Kesalehan dan akhlak yang baik dapat membangun negeri dan memperpanjang usia.”

Dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia (hablumminannâs) pun, bekal pertama dan utama yang diperlukan tiada lain adalah juga akhlak, bukan yang lain. Kekayaan—misalnya—tidak akan banyak berarti jika tidak didukung dengan akhlak yang terpuji. Oleh karena itu, jauh-jauh sebelumnya Rasul Islam memperingatkan kita semua melalui sabdanya, “Kalian tidak dapat memperlakukan orang dengan kekayaan kalian; karena itu, kalian harus memperlakukan mereka dengan akhlak kalian.”

* Tharîqah Dalam Islam

Lalu, bagaimana dengan tharîqah (Ind. = tarekat)? Di mana posisi tharîqah dalam Islam? Apakah tharîqah berada di luar Islam?

Tharîqah adalah “metode pelaksanaan teknis” tasawuf yang menempati wilayah kerohanian sebagai perwujudan dari konsep ihsân (beribadah seolah-olah melihat Tuhan). Dengan begitu, tharîqah berada dalam Islam, bukan—dan sekali-kali bukan—di luar Islam. Dalam piagam-piagam Surau, dalam Doa Penutup Tawajjuh, di mana Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjadi panutan dan merupakan pangkal silsilah tharîqah , semuanya mengisyaratkan bahwa tharîqah memang berada dalam Islam. Oleh karena itu, orang-orang tharîqah harus melaksanakan semua unsur yang berada dalam wilayah Islam; mereka harus menjalankan fikih dan memiliki akhlak karimah (yang baik dan terpuji). Tanpa fikih dan akhlak, tharîqah adalah sesat, menyimpang dari jalan Islam yang lurus, dan—karena itu—tidak ada gunanya.

Jika orang-orang tharîqah mengabaikan fikih dan akhlak, maka mereka menjadi “santapan empuk” setan yang memang senantiasa siap menerkam; mereka akan menjadi kelompok manusia-masnusia yang sesat dan … betul-betul sesat! Karena sebab ini pulalah mengapa beberapa puluh tahun yang lalu di Saudi Arabia terjadi pemberantasan terhadap kelompok-kelompok tharîqah yang dimotori oleh kaum Wahabi. Kasus-kasus seperti ini bahkan sudah beberapa kali terjadi di Indonesia. Semua itu, sekali lagi, tiada lain karena mereka tidak memiliki akhlak dan sering mengabaikan fikih. Berbahagiakah kita kalau mengalami hal semacam itu? Relakah kita apabila dalam kelompok tharîqah ini terdapat manusia-manusia sesat dan menyesatkan semacam itu?

Peran BKK Dalam Tharîqah Ayahanda Guru (Dahulu dan Sekarang)

Fenomena kesesatan orang-orang tharîqah yang tidak berakhlak dan mengabaikan fikih sudah barang pasti juga mengganggu kita sebagai kelompok tharîqah. Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang, Badan Koordinasi Kesurauan (BKK)—di samping tugas-tugas yang sudah baku dari Ayahanda Guru—sekaligus berperan dan bertujuan untuk:

1. mengawal tharîqah agar tetap “lurus”, tidak menyimpang dari ajaran Islam yang menjadi pangkalnya.

2. mengurus dan menjaga orang-orang tharîqah (khususnya di lingkungan Surau-Surau Yayasan) agar dapat berdzikir dengan tenang dan benar.

3. menyebarkanluaskan tasawuf (aspek kerohanian) sebagai bagian penting dari ajaran Islam yang sangat penting untuk diamalkan.

4. mengawal nama baik tharîqah (di mata masyarakat) yang cenderung lepas kontrol seperti merebaknya kaji-kaji aneh dan sesat yang tidak diragukan pasti merusak nama tharîqah (tasawuf) itu sendiri.

* Renungan Malam Menjelang Tidur

Sekarang, marilah kita semua merenungkan beberapa hal yang menjadi fenomena umum di hadapan kita:

1. Manusia (umat Islam) adalah khalifah Tuhan di muka bumi, dan Islam adalah agama yang unggul (al-islâm ya’lû wa lâ yu’lâ ‘alaih “Islam itu unggul dan tidak ada yang mengunggulinya”) yang diturunkan Tuhan sebagai rahmatan lil ‘âlamîn “rahmat bagi semesta alam”.

§ Mengapa umat Islam kalah?

§ Mengapa Indonesia gonjang-ganjing, sengsara, dan mengemis ke negara lain yang kaya? Mengapa?!

§ Mengapa janji Islam tidak terwujud?

2. Tuhan memerintahkan agar kita masuk Islam secara kaffah.

  • Benar-benar sudahkah kita masuk Islam? Benar-benar sudahkah kita menjadi Muslim?
  • Berapa orang di Medan ini, atau di antara kita sendiri, yang menyentuh Al-Quran? Berapa orang yang memahami artinya? Berapa orang yang mengamalkannya?

3. Islam meliputi fikih, kerohanian, dan akhlak.

  • Mengapa salat, puasa, haji ditegakkan sekaligus bersama-sama dengan korupsi, bergunjing, berzina, dan lain sebagainya?
  • Mengapa masjid-masjid ramai dikunjungi orang-orang tetapi permusuhan dan kekerasan antarjamaah masih tetap merebak?

4. Tharîqah (tasawuf) mengajarkan teknik berdzikir efektif dan pola hidup kerohanian yang indah.

  • Mengapa orang-orang tharîqah banyak yang tidak berakhlak?
  • Mengapa orang-orang tharîqah senang bergunjing, egois, sombong, tidak toleran, dan pendendam?
  • Mengapa orang-orang tharîqah malas menjalankan salat lima waktu, tidak mau ber-Tahajjud, dan tidak pula ber-Dhuha? Mengapa?

5. Tuhan menegaskan, “Barangsiapa yang tidak mau berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang kafir. Barangsiapa yang tidak mau berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang zhalim. Dan barangsiapa yang tidak mau berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Maidah [5]: 44-47).

  • Mengapa pola hidup kita berkiblat pada “hukum-hukum” sinetron, film-film India, doktrin Katholik, dan lain sebagainya?
  • Mengapa seorang suami memilih “jajan” di luar padahal di rumah ada istri yang setia, bersih dan suci?
  • Dan mengapa seorang istri harus bersikap brutal atau minta cerai apabila suami hanya mau menjalankan agamanya, misalnya, dengan menikah lagi? Tidak adakah jalan yang lebih indah dan lebih sejuk daripada bersikap brutal dan minta cerai?

* Lakukan Sekarang Juga!

Sekali lagi, marilah kita semua merenungkan hal-hal tersebut agar di hari esok kita menjadi hamba Allah yang lebih baik daripada hari ini. Untuk itu, lakukanlah hal-hal berikut sekarang juga:

1. Pedomanilah Islam. Masuklah ke dalam Islam secara kaffah, secara keseluruhan, dan carilah petunjuk dalam Islam untuk seluruh aspek kehidupan kita.

2. Bertanyalah kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan bersahabatlah dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallâhu ‘anhu; bertanyalah kepada mereka bagaimana cara terbaik mengahadapi masalah.

3. Laksanakan fikih, tasawuf (kerohanian) dan akhlak sekaligus, dan jangan ditawar-tawar lagi; karena tanpa akhlak seseorang dijerumuskan ke neraka, tanpa tasawuf seseorang dijerumuskan ke neraka, dan tanpa fikih seseorang dijerumuskan ke neraka.

4. Jadikanlah Al-Quran dan Al-Hadis sebagai Imam kita, dan jangan sekali-kali menjadikan sinetron, film India, atau Katholik sebagai Imam.

5. Pedomanilah Islam, niscaya kita selamat di dunia dan akhirat; itulah janji Allah kepada kita!

***

Dakwah yang Bijak

DAKWAH YANG BIJAKJul 4, '06 7:13 AM
for everyone


Oleh H. Don

Dalam berbagai kesempatan saya selalu menegaskan bahwa thariqat berada dalam Islam. Thariqat adalah jalan menuju Tuhan. Thariqat merupakan cara untuk mencapai keyakinan yang haq tentang eksistensi Tuhan. Dengan thariqat seseorang dapat mengalami suasana kerohanian dan nuansa keilahian yang akan memberinya ketenangan hidup dan sekaligus membekalinya dengan kekuatan untuk dapat survive dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan ini, dan sekaligus untuk dapat kembali kepada Tuhan dengan ridha dan diridhai. Intinya, thariqat adalah aspek kerohanian dalam Islam dengan tujuan puncak mencari ridha Allah. Tanpa aspek ini, Islam sesungguhnya tidak lagi dapat disebut sebagai agama, apalagi agama yang oleh Nabi telah ditetapkan "unggul dan tidak ada yang mengunggulinya". Agama yang mengabaikan aspek kerohanian benar-benar tidak lagi dapat disebut sebagai agama; ia tidak lebih dari sekadar budaya.

Dengan demikian, thariqat merupakan kebenaran, dan kebenaran harus kita sampaikan, harus kita dakwahkan, agar atribut rahmatan lil 'alamin benar-benar teraktualisasi dalam diri kita, sehingga ridha Allah pun terus mengiringi langkah kita dari dunia hingga akhirat. Kita harus menebarkan nikmat dan manfaat yang telah kita rasakan dari semua aktivitas berthariqat, karena dalam surat Adh-Dhuha Tuhan telah memerintahkan, "Adapun nikmat Tuhanmu (yang telah kamu peroleh), maka ceritakanlah (sebagai ungkapan syukur kepada-Nya)."

Persoalannya, bagaimana cara terbaik dan efektif dalam mendakwahkan thariqat kepada masyarakat luas?

Masing-masing orang punya kiat dan teknik sendiri-sendiri dalam berdakwah. Adakalanya kiat dan teknik tertentu cocok bagi seseorang tetapi tidak cocok bagi yang lain. Semuanya sama saja dan bisa saling melengkapi. Yang paling penting untuk diperhatikan dalam berdakwah adalah akhlak kita, yaitu kemampuan mengenal diri sendiri dan memahami perasaan orang lain, sedemikian rupa sehingga kita bisa tampil bijak dan berdakwah dengan bijak. Dalam kaitan inilah mengapa Tuhan berfirman, "Berdakwahlah ke jalan Tuhanmu dengan bijak dan nasehat yang baik."

Kita boleh—dan bahkan harus—yakin tentang kebenaran thariqat, tetapi kita juga harus bijak dalam menyampaikan keyakinan kita, apalagi kepada masyarakat umum yang sehari-hari hanya mengenal fikih sebagai kebenaran tunggal dalam Islam. Kita harus berusaha menghindarkan diri dari mengatakan, misalnya, bahwa thariqat adalah satu-satunya kebenaran, atau bahwa orang yang belum berthariqat pasti masuk neraka, belum mendapat hidayah, belum mengenal Tuhan yang sebenarnya, dan lain sebagainya. Alangkah indahnya apabila kita tidak mengatakan hal-hal yang akan menoreh luka dalam hati orang lain. Alangkah indahnya apabila kita sebagai orang-orang thariqat bisa menunjukkan sikap rendah hati (tawadhu') dan menghilangkan sikap arogansi (takabbur).

Kita harus menyadari betul bahwa kita sendiri pun belum tentu masuk sorga, apalagi kalau dalam berthariqat kita masih belum melaksanakan syarat dan rukun thariqat secara benar. Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau dari lisan kita tidak pern`ah terucap kata-kata "Saya sudah pasti masuk sorga". Kata-kata semacam ini sangat dikhawatirkan justru dinilai oleh Allah sebagai kesombongan, padahal Nabi pernah menegaskan, "Tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun sekecil biji dzarrah." Hal lain yang harus kita sadari adalah bahwa kita bisa masuk sorga hanya semata-mata karena rahmat Allah, bukan karena yang lain.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berusaha melatih diri agar selalu berada dalam kondisi batin antara "harap dan cemas". Kita berharap agar Allah selalu membimbing dan merahmati kita, dan pada saat yang bersamaan kita harus cemas ditinggalkan Allah yang boleh jadi karena arogansi dan kesombongan kita, termasuk dalam berdakwah.***

Ayat-ayat Tuhan

Larangan Memperolok-olokkan dan Banyak Berprasangka Buruk


Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum memperolok-olok kaum yang lain,(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (memperolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita-wanita (yang memperolok-olok). Dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan sebutan (panggilan) yang buruk. Seburuk-buruknya nama (panggilan) adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barang siapa yang tidak bertaubat mereka itulah orang-orang yang zhalim.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat, 49: 11-12)


Nasihat Rasulullah

Tentang Sabar


Dari Abu Sa’ad, Sa’adbin Malik bin Sinan Al-Khudri ra. Berkata: Ada beberapa manusia dari golongan Anshor minta kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah memberi kepada mereka. Lalu mereka minta lagi dan diberinya lagi, sehingga apa yang dimiliki Rasulullah habis sama sekali. Lalu beliau bersabda kepadamereka, ketika memberikan segala sesuatunya: “aku tidak mempunyaisesuatu yang baik yang hendak aku sembunyikan di hadapa kamu, tetapi barang siapayang menjaga dirinya, akan dijaga oleh Allah. Barangsiapa yang merasa cukup, akan dijaga oleh Allah. Dan barangsiapa yang terbiasa bersikap sabar, akan akan disabarkannya oleh Allah; dan tidak ada satupun orang yang diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas selain sabar.


Dari Ibnu Mas’udra. Ia berkata: Aku masuk rumah Rasulullah saw. Pada waktu itu beliau sedang sakit panas. Lalu aku berkata: Ya Rasulullah! Sungguh badanmu sangat panas. Rasulullah menjawab, “Betul, aku sedang sakit panas, seperti panasnya dua orang diantara kamu.” Aku berkata: Kalau begitu tuan memperoleh dua pahala. Ia menjawab, “Betul, demikian juga seorang muslim jika terkena musibah karena duri dan sebagainya, Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan dengan (lantaran) musibah itu dan mengampuni dosa-dosanya, bagaikan daun yang gugur dari dahannya.”
(Keduanya diriwayatkan oleh Muslim)



Nasihat Rasulullah

Tentang Kejujuran

Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw., bahwa beliau telah bersabda: Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada kebajikan dan kebajikan menunjukkan jalan ke surga. Sesungguhnya seseorang yang jujur akan melakukan kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta menunjukkan jalan ke Neraka. Sesungguhnya seseorang yang berdusta akan selalu melakukan kedustaan sehingga dicatat di sisi allah sebagai pendusta.”(HR. Bukhari dan Muslim).


Rasulullah saw telah bersabda : “terus meneruslah dalam melakukan kejujuran, sekalipun kamu melihat kebinasaan di dalamya. Sebab sesungguhnya dalam kejujuran terdapat keselamatan (HR. Ibnu Abid Dunya).


Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Tahlib ra, dia telah berkata: “Aku hafal sebuah hadits dari rasulullah saw yang menegaskan: “Tinggalkanlah apa yang meragukan dirimu, beralihlah kepada sesuatu yang tidak meragukan dirimu. Sesungguhnya kejujuran adalah tenang, dan dusta adalah keraguan. (HR. Tirmidzi)

Dari Abu Sofyan Shakhr bin Harb ra dalam sebuah hadits yang panjang tentang Heraklius. Heraklius berkata; ”Apakah yang diperintahkan kepadamu?” yakni apakah yang diperintahkan Nabi saw ? Abu Sofyan berkata : “Aku menjawab Nabi bersabda: Sembahlah Allah Yang Maha Esa janganlah kalian menyekutukannya dengan sesuatu yang lain, dan tinggalkanlah apa yang diucapkan nenek moyangmu. Dia menyuruh kami melakukan shalat, berbuat jujur menjaga harga diri dan menyambung tali persaudaraan. (HR. Bukhari dan Muslim)


Tujuh sifat yang menjadikan

orang-orang mukmin beruntung

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) ;

1. Orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya

2. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan berkataan) yang tiada berguna

3. Dan orang-orang yang menunaikan zakat

4. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

5. Kecuali terhadap suami-suami/isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

6. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji-janjinya

7. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya

Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (yakni) yang akan mewarisi syurga firadaus. Mereka kekal didalamnya. (Q.S. : Al-Mukminûn, 23 : 1 – 11)




Adab Memasuki Rumah Orang Lain

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.

Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah”, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk dialami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (QS : An-Nûr, 24 : 27 – 29)



Adab Kepada Kedua Orang Tua

Dan Tuhanmu telah telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lajut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau mengatakan keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

(QS : Al-Isrâ’, 17 : 23 – 24)

Hidup Indah Ala Rasulullah

Perilaku Rasulullah

Pendahuluan

Nabi Muhammad saw adalah contoh teladan terbaik dan tipologi ideal paling prima. Hal ini digambarkan oleh al-Qur’an surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

(Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah).

Namun demikian, Nabi Muhammad saw. tetap saja sebagai seorang manusia seperti manusia lain yang dipimpinnya, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Kahfi/18: 110:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

(Katakanlah, sesungguhnya saya adalah manusia seperti kamu, yang diberi wahyu bahwa Tuhan kamu ialah Tuhan yang satu).

Ketauladanan Nabi diambil, antara lain, karena ia mampu menghadapi berbagai masalah yang dihadapi tanpa kehilangan keseimbangan, tanpa kehilangan idealisme dan tanpa surut dari sebuah missi. Itulah sebabnya Michael H. Hart, dalam bukunya “Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Umat Manusia”, menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh Nomor Satu yang paling berpengaruh dalam sejarah kehidupan manusia. [1]

Sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, Muhammad saw memang sudah sedemikian sempurna dalam berbagai perilaku dalam kehidupannya. Terlepas dari keyakinan bahwa hal demikian memang sudah digariskan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Beliau ma’sum (terjaga) dari segala kerusakkan dan dosa. Sejarah mencatat, saat baru terlahir Muhammad kecil sudah dido’akan dan ditawafkan dihadapan ka’bah oleh kakeknya Abdul Muthalib. Ini menandakan bahwa dari kalangan orang tuanya sangat berperan menjaga kesucian Muhammad saw. Terlebih lagi setelah itu Muhammad disusukan kepada orang yang benar-benar terseleksi, benar-benar tidak terkontaminasi oleh pola kehidupan tidak sehat. Setelah disusukan oleh Suaibah Al-Aslamiyah, Muhammad kemudian disusukan oleh Halimatussa’diyah dan dibawa tinggal bersama di pemukiman yang jauh dari keramaian kota, jauh dari hiruk pikuk dan kebiasaan jahiliyah para penduduk kota.

Masa kakak-kanak Muhammad dilalui dengan menggembalakan kambing, beliau sudah menampakkan sikap terpuji – dapat dipercaya – mengurus hewan peliharaan orang lain. Di saat-saat menggembalakan kambing inilah terjadi proses penyucian diri Muhammad dari berbagai sifat-sifat buruk, peristiwa tersebut dikenal dengan “pembelahan dada”. Walau masih terdapat perbedaan pendapat tentang teknis yang pasti tentang pembelahan dada, yang terpenting dari peristiwa itu adalah tampilnya seorang Muhammad yang penuh dengan sifat-sifat terpuji seperti jujur, amanah dan sebagainya.

Walaupun Muhammad terlahir dalam status yatim setelah ditinggal wafat Ayahandanya Abdullah ketika beliau masih dalam kandungan, ditambah pada usianya yang ke-6 menjadi yatim dan piatu pula karena ditinggal Ibundanya Siti Aminah. Dua tahun kemudian ditinggal pula oleh kakeknya Abdul Muthalib. Kesedihan yang bertubi-tubi itu tidak mengikis semua keteladanan yang ada pada diri beliau, malah semua itu laksana kawah candra dimuka yang makin mengkokohkan pribadi beliau. Ini terlihat ketika terjadi perselisihan antara para kabilah suku Quraisy, akhirnya melatarbelakangi penganugerahan gelar Al-Amin kepada beliau. ketika ka’bah harus direnovasi akibat diterjang banjir para kabilah mempercayakan kepada beliau untuk memindahkan hajarul aswad. Di saat penduduk Makkah terperangkap dalam sebuah pertengkaran tentang kabilah mana yang harus mendapat kehormatan mengangkat dan menempatkan kembali batu tersebut di tempatnya semula. Ketika persoalan ini sudah berjalan lima hari dan hampir menyebabkan pecahnya perang antar-suku, Muhammad datang dengan solusinya yang sudah sangat terkenal itu. Ia meletakkan batu hitam di atas selendang dengan empat sisi dan mengajak semua ketua suku mengangkatnya bersama-sama, lalu meletakkannya di tempat semula. Gelar Al-Amin tersebut, beliau dapat jauh sebelum beliu diangakat menjadi nabi dan rasul. Al-Amin artinya orang yang dapat dipercaya.

Keteladanan Rasulullah

Berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Ahzab, 33 : 21 setiap muslim atau muslimah yang ingin memperoleh rahmat Allah, bahagia dunia dan akhirat harus menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan. Keteladanan beliau secara garis besar dapat dibagi antara lain menjadi keteladanan dalam hidup berumah tangga, keteladanan sebagai pemimpin umat dan keteladanan sebagai pribadi muslim.

I. Keteladanan dalam Hidup Berumahtangga

Sebagai kepala rumah tangga nabi Muhammad saw patut diteladani. Beliau senantiasa berusaha agar rumahtangganya menjadi rumah tangga yang memperoleh ridha Allah SWT. Untuk itu beliau selalu berusaha bersama isterinya Siti Khadijah, agar mereka berdua bisa mewujudkan dan membina rasa saling cinta mencintai, sayang menyayangi, horat menghormati, saling menjaga nama baik dan tolong-menolong dalam kebaikan dann ketakwaan.

Baliau juga telah memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab serta kasih sayang sehingga anak-anaknya senantiasa beriman dan bertakwa, serta hidupnya berguna dan berbahagia.

II. Keteladanan Sebagai Pemimpin Umat

Banyak yang harus diteladani dari Nabi Muhammad saw dalam hal memimpin umat, antara lain :

- Nabi Muhammad saw senantiasa menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada orang-orang yang dipimpinnya.

- Nabi Muhammad saw selalu berusaha agar persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah) terwujud.

- Nabi Muhammad saw sering bermusyawarah dengan para sahabat.

- Berusaha mengikis pengaruh kebendaan dari diri kaum muslimin.

- Nabi Muhammad saw adalah pemimpin yang konsekwen, teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

III. Keteladanan Sebagai Pribadi Muslim

Sebagai pribadi muslim banyak yang harus diteladani dari Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebersihan dan keindahan tubuhnya secara islami. Dalam hubungannya dengan sesama manusia Nabi Muhammad saw senantiasa membiasakan diri dengan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari kahlak tercela serta giat beramal shaleh yang bermanfaat bagi orang banyak. Bahkan Allah SWT telah memujinya dengan sebuah firman : Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam, :4)

Nabi Muhammad saw adalah seorang pribadi muslim yang memiliki rasa kasih sayang yang tinggi, khususnya terhadap anak-anak yatim, para fakir miskin dan orang-orang terlantar. Kasih sayang Nabi Muhammad saw bukan saja terhadap sesama manusia, bahkan terhadap binatang. Rasulullah saw bersabda: “Apabila kalian mengendarai binatang, berikanlah haknya dan janganlah menjadi setan-sean terhadapnya.” “seorang wanita dimasukkan Tuhan ke neraka dikarenakan ia mengurung seekor kucing, tidak diberinya makan, dan juga tidak dilepaskan untuk mencari makan sendiri.”

Dalam kesempatan lain beliau bersabda: “Seseorang yang bergelimang di dalam dosa diampuni Tuhan, karena memberi minum seekor anjing yang kehausan.”

Terhadap alam dan lingkungan, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar melakukan usaha-usaha untuk mengambil manfaatnya, dan melestarikannya, serta jangan sekali-kali melakukan pengrusakan.

Suatu hari pemimin kafir quraisy membuat sayembara untuk mendapatkan Muhammad baik dalam keadaan hidup ataupun mati dengan imbalan seratus ekor unta. Pada saat tersebut muncul seorang kontestan sayembara bernama Da’tsur. Ketika Muhammad melakukan perjalanan, rupanya Da’tsur mengintai dari kejauhan. Karena terlihat Muhammad berhenti untuk istirahat dan berteduh di bawah rindang pohon sambil mengeringkan pakaiannya yang basah dengan peluh, maka tiba-tiba Da’tsur menghampiri Muhammad dengan menghunuskan sebilah pedang seraya berkata “Man yamna’uka minnî ya Muhammad? Siapa yang akan menghalangi (tajamnya pedang ini) dariku wahai Muhammad? nabi Muhammad dengan tenang menjawab “Allah”. Seketika itu pedang Da’tsur tejatuh dan dia dalam ketidakberdayaan lalu diambillah pedang tersebut oleh Muhammad. “Wal ân man yamna’uka minî yâ Da’tsur ?” Dan sekarang siapa yang akan menghalangi (tajamnya pedang ini) dari Wahai Da’tsur. Muhammad mengarahkan mata pedang kepada Da’tsur. Dengan wajah ketakutan Da’tsur mejawab “Lâ ahad yâ muhammad” “Tidak ada wahai Muhammad”. Kemudian Da’tsur memohon maaf kepada Muhammad untuk dibebaskan. Permohonan itupun dikabulkan Nabi.

Ketika nabi bersama umatnya berhijrah ke Thaif, sambutan yang diterima jauh dari menyenagkan hati, malah bukan main menyakitkan perlakuan penduduk Thaif kepada Nabi, mereka melempari Nabi dengan kotoran. Pada saat itu datanglah Malaikat Jibril menawarkan jasa. “Hai muhammad jika engkau kehendaki gunung yang ada dihadapanmu ini untuk aku timpahkan kepada penduduk Thaif, niscaya sekarang juga aku lakukan.” Nabi menjawab “Jangan Jibril, semua itu dilakukan mereka karena ketidaktahuan meraka” kemudia nabi berdo’a “allâhumahdî qaumî fainnahû lâ ya’lamûn” “Ya Allah berikanlah hidayah kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui”

Kedua cerita di atas menunjukkan sikap pema’af nabi yang begitu luar biasa besarnya, orang yang jelas-jelas akan membunuhnya beliau bebaskan tanpa syarat. Orang-orang yang jelas-jelas telah menghina dan menyakitinya beliau selamatkan dari azab yang ditawarkan oleh malaikat. Subhânallâh. Begitu banyak perilaku rasulullah lainnya yang patut kita teladani sebagai pribadi muslim. Sekretaris MUI Sumatera Utara DR. H. Hasan Bakti Nasution, MA, mengungkapkan beberapa prilaku Rasulullah dengan istilah “strategi” bila nabi menghadapi krisis, antara lain sebagai berikut :

a. Dakwah bilhal.

Strategi lain yang dilaksanakan Nabi Muhammad Saw ialah dengan memberikan contoh praktis, yang disebut dengan dakwah bil-hal. Kepribadian dan akar sosiologisnya yang kuat menempa Muhammad menjadi seorang pemimpin yang dengan senang hati berpartisipasi dalam melaksanakan segala urusan. Ia benar-benar memimpin, bukan hanya memerintah. Pengalaman telah membuatnya tidak sungkan untuk melakukan apa pun yang perlu dilakukan. Sejarah mencatat bahwa Muhammad menanggung derita seperti derita yang dialami oleh pendukungnya dalam menyebarkan Islam. Sejarah juga melaporkan bahwa ia bersama-sama pengikutnya turun langsung dalam peperangan, merasakan pahit getir dan pedihnya terkena tikaman pedang dan tombak musuh. Di balik kebesarannya yang tanpa tanding, Muhammad adalah seorang yang dengan senang hati mengerjakan perkerjaan kecil (seperti memperbaiki sandal atau menambal baju) yang tak terbayangkan dikerjakan oleh kebanyakan pemimpin masa sekarang. Ia memimpin tidak hanya dengan memberitahu apa yang harus dilakukan, tetapi menunjukkan dan melakukannya bersama-sama mereka yang dipimpinnya.

b. Memulai dari diri sendiri.

Strategi mengatasi krisis yang paling ampuh ialah selalui memulai dari diri sendiri. Prinsip ini tertuang dalam hadits singkat:

إبدء بنفسك

(mulailah dari diri sendiri).

Strategi mengatasi krisis model ini cukup berhasil tidak terlepas dari beberapa faktor.

Pertama, kualitas moral-personal yang prima, yang dapat disederhanakan menjadi empat, yakni: siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw. Kehidupan Muhammad sejak awal hingga akhir memang senantiasa dihiasi oleh sifat-sifat mulia ini. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, ia telah memperoleh gelar al-Amin (yang sangat dipercaya) dari masyarakat pagan Makkah. Pentingnya kualitas moral yang prima ini kembali ia tekankan setelah menjadi utusan Tuhan dalam haditsnya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Dari Abu Hurairah, Rasul saw. bersabda: Sesungguhnya aku diutus guna menyempurnakan kebaikan akhlak. (H.R. Ahmad, 8595).

Kedua, Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya. Ketika dakwahnya sudah mulai dianggap sebagai gangguan serius oleh masyarakat Makkah, para pemukanya mencoba membujuk Muhammad untuk berhenti. Namun ia dengan tegas menolak setiap bujukan tersebut. Puncaknya adalah ketika kepadanya ditawarkan kedudukan yang tinggi dalam sistem masyarakat Makkah serta sejumlah besar kekayaan material. Pada lazimnya kedua tawaran tersebut akan membuat orang goyah pendiriannya. Tetapi tidak demikian halnya dengan Rasul saw. Dengan sangat tegas namun tetap santun ia menjawab: Kalaupun mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tetap tak akan bersedia menghentikan dakwah Islam. Tidak ada yang dapat dipikirkan oleh para pembesar Makkah lagi untuk membobol benteng integritas Muhammad, dan karena itu mereka pun lalu beralih pada jalan kekerasan. Namun cara ini pun dihadapinya dengan kesabaran yang berbuah keberhasilan.

Ketiga, kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting manajemen Rasul saw. Menanggapi sebuah masyarakat yang memberlakukan hukuman potong tangan kepada pencuri dari kelas bawah, tetapi tidak menerapkannya kepada pencuri dari kalangan atas, Rasul saw. dengan tegas bersabda:

وَاللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَاهَا

Demi Allah, kalau sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya. (H.R. Bukhari, 3216)

Keempat, Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan. Berbeda dengan, misalnya, murid, staff, atau pengikut yang kesemuanya berkonotasi tingkatan tinggi-rendah. Sahabat lebih bermuatan kerjasama dua arah, saling melengkapi dan saling menyempurnakan. Sahabat terasa sedemikian dekat, seolah tanpa jarak. Konsep persahabatan memang benar-benar tepat menggambarkan realitas hubungan yang terbina antara Rasul saw. dengan orang-orang di sekitarnya. Inilah antara lain motivator yang telah membuat para sahabat rela mengorbankan apa saja (seperti jiwa, raga, harta, waktu) demi perjuangan Rasul saw. Sebab di dalam hati mereka merasakan bahwa cita-cita Rasul saw. adalah juga cita-cita mereka sendiri, dan keberhasilan beliau adalah juga keberhasilan mereka.

Kelima, kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan. Model dakwah rahasia yang diterapkan selama periode Makkah kemudian dirubah menjadi model terbuka setelah di Madinah, mengikuti keadaan lapangan. Keberhasilan Rasul saw. dan para sahabatnya dalam perang Badr jelas-jelas berkaitan dengan penerapan sebuah strategi yang jitu. Demikian pun peristiwa pahit perang Uhud, adalah saksi kegagalan dalam menerapkan strategi yang sesungguhnya sudah tersusun rapi dan rinci.

Keenam, tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin. Jabatan sebagai pemimpin bukanlah sebuah mesin untuk memperkaya diri. Sikap inilah yang membuat para sahabat rela memberikan semuanya untuk perjuangan tanpa perduli dengan kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul saw. mencoba memperkaya diri. Kesederhanaan menjadi trade mark kepemimpinan Rasul saw. yang mengingatkan kita pada sebuah kisah tentang Umar ibn al-Khattab. Seseorang dari Mesir datang ke Madinah ingin bertemu dan mengadukan persoalan kepada khalifah Umar ra. Orang tersebut benar-benar terkejut ketika menjumpai sang khalifah duduk dengan santai di bawah sebatang kurma. Tak ada tanda-tanda bahwa ia adalah seorang pemimpin besar yang sangat berkuasa—ia tak berbeda dari orang-orang yang dipimpinnya.

Ketujuh, visioner–futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul saw. adalah seorang pemimpin yang visioner, berfikir dan mereka masa depan. Meski tidak mungkin merumuskan alur argumentasi yang digunakan olehnya, tetapi banyak hadits Rasul saw. yang dimulai dengan kataakan datang suatu masa…’, lalu diikuti sebuah deskripsi berkenaan dengan persoalan tertentu. Kini, setelah sekian abad berlalu, banyak dari deskripsi hadits tersebut yang telah mulai terlihat dalam realitas nyata. Berikut adalah beberapa contoh hadits futuristik:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Akan datang satu masa ketika orang tak perduli lagi dengan cara apa ia mendapatkan harta, dengan halal atau haram. (H.R. Bukhari, 1941)

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يَدْرِي الْقَاتِلُ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَتَلَ وَلَا يَدْرِي الْمَقْتُولُ عَلَى أَيِّ شَيْءٍ قُتِلَ

Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, akan datang satu masa ketika seorang pembunuh tak tahu lagi kenapa ia membunuh, dan orang yang terbunuh tak tahu kenapa ia dibunuh. (H.R. Muslim, 5177)

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَقُومُونَ سَاعَةً لَا يَجِدُونَ إِمَامًا يُصَلِّي بِهِمْ

Manusia akan mencapai suatu masa ketika suatu waktu mereka berdiri (untuk salat) dan tak menemukan seorang yang bisa menjadi imam. (H.R. Ibn Majah, 972)

Kedelapan, menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah personifikasi dari missinya. Oleh karena itu ia dengan mudah dimengerti dan dengan berhasil menggerakkan masyarakatnya untuk sama-sama berupaya keras mencapai tujuan bersama. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya. Sebagaimana sudah disebut di atas, Rasul saw. selalu menjadi contoh bagi apa pun yang ia anjurkan kepada orang-orang di sekitarnya.[2]

Penutup

Selaku umat Islam, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengikuti, mencontoh dan menteladani semua perilaku terpuji rasulullah yang lebih dikenal dengan istilah akhlakul karimah. Akhlakul karimah tersebut dapat kita temui dalam berbagai literatur baik berupa sirah nabawiyah, riwayat-riwayat sahabat beliau, maupun firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an. Bahkan sebagai pengamal dzikrullah kita telah mengenal dzikir Lathaif, yang merupakan senjata ampuh untuk menanamkan akhlakul karimah dan membunuh berbagai macam akhlak tercela.

Lathaif merupakan bentuk jamak dari lathifah, yang artinya zat yang sangat halus atau lembut. Lathaif yang dikenal dalam amalan thariqat Naqsyabandiyah secara umum adalah sebagai berikut :

Ø Lathifathul Qalbi: ..., merupakan sentral dari rohaniah manusia dan merupakan induk dari latifah-latifah lainnya. Mazmumahnya (keburukannya) adalah hawa nafsu iblis dan setan, cinta dunia, kafir dan sirik. Mahmudahnya (kebaikannya) adalah iman, Islam, tauhid makrifat dan malaikat

Ø Lathifatur Ruh : ..., berhubungan dengan paru-paru atau rabu jasmani. Mazmumahnya adalah sifat-sifat yang tidak disukai oleh Allah yaitu sifat loba, tamak, rakus dan bakhil. Sifat mazmumah lathifatur ruh ini juga dikatakan sifat Bahimiyah yaitu sifat binatang ternak yang suka mengikuti hawa nafsu, makan, tidur, seksual bersenang-senang dan segala sifat buruk lainnya. Mahmudahnya, dengan hilangnya semua sifat sifat buruk tadi berganti dengan sifat qanaah yaitu sifat menerima dengan syukur apa yang ditetapkan oleh Allah untuknya, sambil berusaha menurut cara yang wajar sesuai dengan ketentuan syari’at Allah SWT.

Ø Lathifatus Sir : ..., berhubungan dengan hati kasar jasmani. Mazmumahnya adalah amarah (buas), pemarah, pembengis dan pendendam kesumat. Sifat-sifat itu dikatakan juga sifat Subu’iyah (sifat binatang buas) yang suka berbuat onar, kekejaman, penganiayaan, permusuhan, penindasan, penzaliman dan sebagainya. Mahmudahnya manakala lenyap sifat mazmumahnya, bergantilah dengan sifat kesempurnaan, terutama sifat rahman dan rahim.

Ø Lathifatul Khafi : ..., berhungan dengan limpa jasmani. Sifat mazmumah latifatul khafi ini dikatakan juga sifat Syaithaniyah yang menimbulkan sifat was-was, khasad dengki, khianat, cemburu, dusta, busuk hati, munafik mungkir janji dan sebagainya. Mahmudahnya sifat syukur, ridho, sabar dan tawakkal.

Ø Lathifatul Akhfa : ..., berhubungan dengan empedu jasmani. Mazmumahnya adalah segala sifat keakuan antara lain sombong, takabbur, ria, loba tamak, ujub (membanggakan diri) dan segala sifat-sifat keakuan yang lain, seperti akulah yang pandai, akulah yang kaya, akulah yang gagah. Sifat mazmumah lathifatul akhfa ini dikatakan juga sifat Rububiyah atau sifat Rabbaniyah yaitu sifat yang hanya pantas bagi Allah SWT, sebab dialah pada hakekatnya yang memiliki dan mengatur alam semesta ini. Mahmudahnya adalah sifat ikhlas, khusuk, tadarruk dan diam untuk bertafakkur terhadap keagungan dan kebesaran Allah SWT.

Ø Lathifatu Nafsin Nathiqah : ..., berhubungan dengan otak jasmani. Mazmumahnya panjang angan-angan, banyak khayal dan selalu merencanakan hal-hal yang jahat untuk memuaskan hawa nafsu. Mahmudahnya nafsul muthmainnah yaitu sifat sakinah, tentram, berfikir tenang.

Ø Lathifatu Kulli Jasad : ... Mazmumahnya adalah jahil, lalai, malas dan sebagainya. Mahmudah adalah berilmu dan beramal sesuai dengan syariat dan hakikat.[3]

Dengan demikian jelaslah bahwa thariqat dan akhlak sangat berhubungan. Karena thariqat berperan dalam menanamkan akhlakul karimah pada setiap diri muslim yang mengamalkannya, sekaligus membongkar semua jenis akhlak buruk dari sarang-sarangnya seperti yang disebutkan diatas.

Jika kita temui pengamal thariqat yang belum melaksanakan akhlakul karimah, masih gemar mengumbar hawa nafsu, masih pemarah, suka bermusuhan, suka dusta, licik, ingkar janji, sombong, senang berbuat kejahatan, malas dan sejenisnya, maka bukan merupakan kesalahan amalan thariqat tetapi pengamalnya itu yang harus berbenah diri dan lebih menghayati dzikir lathaif yang selalu diamalkannya.

Sungguh amat menggelikan jika orang-orang pengamal thariqat terlibat perseteruan yang panjang, merasa benar sendiri dan tidak menerima pendapat orang lain yang akhirnya dapat mencemarkan nama thariqat itu sendiri bahkan lebih dari itu dapat menimbulkan keresahan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga orang dengan nada sinis berkata, “Oh begitu rupanya orang tahriqat”. Sepatutnya kita hindari hal yang demikian. Sudah saatnya kita menunjukkan kemuliaan ajaran thariqat yang datang dari sisi Allah itu dengan sekuat tenaga melaksanakan akhlakul karimah rasulullah. Tunjukkan kepada semua orang bahwa orang thariqat bukan orang bar-bar yang urakan, orang tariqat adalah orang yang santun bertutur kata, orang yang jujur, bersih, pemaaf, menghargai waktu, tepat janji, wangi, tidak gemar menggosip, dan sejenisnya. Pada akhirnya marilah kita sama-sama berusaha untuk menjalankan Islam secara kaffah. Allahu a’lam